Kadisdik Medan Dituding Monopoli Siswa Lulus PSB Siswa Baru Dikutip Rp. 2,2 Juta
https://anakbangsapost.blogspot.com/2015/07/kadisdik-medan-dituding-monopoli-siswa.html
Medan, (ABP)
Sistim Penerimaan siswa Baru Kota Medan Tahun Ajaran 2015-2016, yang terkesan tidak transparan karena tidak menerakan hasil skor akhir yang merupakan penjumlahan dari Skor Tes Potensi Akademik ditambah Nilai Rata-Rata Domisili Siswa serta Skor Bina Lingkungan, dan daftar siswa yang lulus tidak tercatat di SIAP PSB Kemdiknas. Terindikasi merupakan kebijakan Kadisdik Medan Marasutan Siregar, untuk mengambil keuntungan pribadi dari kinerjanya yang kacau balau jajaran dibawahnya dalam menerima siswa baru.
Kediaman Kepsek SMAN 4 di kawasan Tembung yang terkunci, dan
tidak ada penghuni
yang keluar meskipun rumah berulangkali diketuk wartawan.
Hanya terlihat
2 mobil mewah sedang parkir diteras. (ist)
|
Kondisi tersebut terpantau dari sejumlah sekolah-sekolah negeri yang menerimma siswa baru beberapa waktu lalu, bahkan disejumlah sekolah daftar pengumuman kelulusan siswa baru, langsung dicabut pada sore hari itu juga ketika sekolah akan ditutup. Seperti di SMAN 8 Medan Jl. Sampali-Wahidin Medan, dengan alasan kertas pengumuman akan dipasang kembali esok harinya, takut bila dipampangkan dipapan pengumuman sekolah akan mengalami kerusakan. Tapi keesokan harinya, tetap saja pengumuman kelulusan tidak dipasang kembali(26/6). Kepsek SMAN 8 Sudirman yang coba dikonfirmasi ulang hingga Sabtu, (25/7) tidak menjawab pertanyaan wartawan.
Tidak transparannya pengumuman penerimaan siswa baru seperti yang diatur lewat Juknis yang dikeluarkan Kadisdik Medan Marasutan Siregar bertanggal Juni 2015, juga terlihat di SMAN 4 Jl. Gelas Medan, yang tidak mencantumkan rincian skor akhir, demikian juga di SMPN 11 Jalan Budi Kemenangan, dan SMAN 7 Jl.Timor.
Di SMAN 7 siswa yang lulus dikenakan Pungli mngatasnamakan komite, berjumlah Rp. 2,2 juta, berupa insidental Rp. 1,5, kemudian seragam Rp. 600 ribu, ditambah uang komite Bulan Juli Rp. 100ribu. Meskipun untuk siswa baru, pertemuan orangtua siswa baru belum ada dilaksanakan.
Tidak transparannya penerimaan siswa baru di Kota Medan ini tentu saja dapat merugikan siswa-siswa berprestasi, dan berasal dari keluarga berpenghasilan pas-pasan. Seperti yang dialami DBS (16 tahun) warga kawasan Medan Deli yang tidak dapat masuk SMAN 7 Medan, meskipun memiliki rata-rata UN, 90,1.
Kadisdik Medan, Marasutan Siregar yang coba dhubungi soal kacaunya penerimaan siswa baru 2015-2016, tidak menjawab panggilan dan pesan singkat elektronik wartawan. Tapi beberapa pejabat tinggi di sekolah yang coba dikonfirmasi, seolah memberikan pernyataan jika hal tersebut merupakan perintah atasannya yakni Kadisdik Medan, Marasutan Siregar.
Kepala Sekolah SMPN 11 Medan Khairani Siregar yang terlihat bersama suaminya, Zakaria Harahap (mantan terpidana Korupsi BOS Medan) terkesan enggan ditemui wartawan. soal transparansi daftar pengumuman kelulusan siswa. Setelah beberapa kali dihubungi lewat seluler, seorang kerabatnya mengaku bernama Kaban menjawab dan mengatakan Khairani belum bisa memberikan keterangan karena ada acara pesta pernikahan.
"Ibu belum bisa diganggu pak, maaf. Saya cuma diminta Bu Khairani menghubungi bapak, dan menyampaikan dia belum bisa menjawab telepon", Sabtu, (25/7).
Sikap serupa juga diterima wartawan lewat salahsatu guru di SMAN 4 Medan yang memberikan pernyataan di sekolah kawasan Ayahanda Medan tadi, jika seluruh masalah Penerimaan Siswa Baru menjadi tanggungjawab Kadisdik.
"Kepala sekolah kami sampai diteriaki Kadis, agar memampangkan daftar nama siswa lulus sesuai arahan dari kadisdik", ujar guru tadi. Kepala SMAN 4 Ramli yang coba dikonfirmasi juga tidak memberikan keterangan, meski berkali-kali selulernya dihubungi. Saat ditemui dikawasan kediamannya didaerah Tembung Medan, Ramli tidak terlihat ditempat, karena rumah dalam keadaan terkunci, hanya terlihat dua mobil miliknya yaitu Honda Jazz Puti dan Kijang Kapsul Merah Maron sedang parkir diteras rumahnya. Dan tidak ada satupun penghuni rumah keluar menemui wartawan. (yan)
Posting Komentar