anakbangsapost

Jelang Akhir Masa Jabatan, Umar Junaidi Sering Menangis

Tebing Tinggi, (ABP)
Hari-hari terakhir bertugas menjadi walikota Tebing Tinggi, Umar Junedi Hasibuan menangis di depan ibu-ibu PKK Kota Tebing Tinggi, Selasa (3/8/2016).Ia mengatakan berat untuk mencalonkan diri kembali, tanpa menyebutkan alasannya. Kata-kata itu terhenti dengan keharuan yang disambut ibu-ibu PKK dengan yel-yel , "Lanjutkan! Lanjutkan".
Umar bernyanyi bersama wakilnya Oki
Warga Tebing Tinggi harus mensyukuri dengan banyaknya penghargaan dari pemerintah pusat, sampai hari terakhir kabar yang membanggakan antara lain, akan dibangunnya kantor Imigrasi di Tebing Tinggi, serta dibentuknya BNKK. Tidak gampang memperoleh itu semua, ungkap Walikota Tebing Tinggi.
Kalau kantor Imigrasi nantinya sudah dibangun di kota Tebing Tinggi, maka masyarakat yang ada di sekitar Batubara, Simalungun, (Perdagangan), Serdang Bedagai tentu akan mengurus berkas keimigrasian akan datang ke kota Tebing Tinggi, maka peluang mereka untuk berbelanja, makan, minum, membeli oleh-oleh akan semakin banyak.
Kota memang akan lebih menjanjikan pencarian nafkah yang lebih besar itu sebabnya orang-orang lebih memilih tingggal di kota. Ia mengharapkan sekali pun di hari mendatang Ketua PKK Tebing Tinggi tidak lagi dipimpin istrinya Sri Kurnia Ningsih, Walikota berpesan agar kegiatan PKK terus berjalan.
Walikota Tebing Tinggi mengisahkan kepemimpinannya ibarat kisah Nazaruddin Koja, yang berjalan dengan ayahnya menuju kota hendak menjual seeor keledai. Dalam kisah tersebut, Nazaruddin Koja berjalan melewati beberapa kampung, di satu kampung orang-orang melihat Nazaruddin Koja beriringan bersama ayahnya dan keledai, lalu orang kampung tersebut mengatakan betapa bodohnya Nasaruddin Koja yang berjalan beriringan dengan keledai yang lenggang kangkung, bukankah keledai itu untuk berguna untuk mengangkat beban.
Lalu Nasaruddin Koja menaiki keledai itu, namun tiba di kampung yang lain, Nazaruddin Koja tetap dicemoh karena mengatakan betapa durhakanya ia membiarkan ayahnya berjalan sementara ia enak-enakan menunggangi keledai, lalu Nazsaruddin Koja bergantian menunggangi keledai dengan ayahnya, itu pun tetap dicemoh sebagai orang tua yang tidak punya otak, karena membiarkan anaknya yang bernama Nazaruddin Koja berjalan. Lewat kampung yang lain Naszaruddin Koja dan ayahnya menunggangi keledai itu, lalu orang kampung yang melihat keduanya menunggangi keledai yang keberatan membawa kedua anak beranak itu mengatakan bahwa keduanya sudah gila, karena itu Nazaruddin Koja dan ayahnya memanggul keledai sambil berjalan.
Artinya menurut Umar Junedi bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Banyak orang mengatakan kepadanya bahwa ia akhir-akhir ini tebar-tebar pesona, namun menurutnya lontaran cemohan itu hanya diungkapkan oleh orang-orang yang tidak menyukai orang lain bahagia.(bortob)

Related

Tebingtinggi 1429297394903041736

Posting Komentar

Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic

Edisi Cetak

Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic
item