Drs. Aryantha, Psikologi: Hadapi MEA Dengan Perkecil Jarak Antara SDM Perkotaan dan Pedesaan
https://anakbangsapost.blogspot.com/2016/01/drs-aryantha-psikologi-hadapi-mea.html
Medan, (ABP)
Kerasnya persaingan era global yang membuka peluang pasar bebas, seperti Masyarakat Ekonomi ASEAN(MEA). Jangan membuat anak bangsa minder, lantas memposisikan mereka hanya sebagai penonton budiman.
Namun kerasnya persaingan global itu melecut semangat dan kemampuan agar memiliki daya juang tinggi, untuk siap menjadi tuan rumah dinegeri sendiri. Motivasi bijak ini disampaikan salahsatu pakar motivasi Sumatera Utara, Drs. Aryantha Psikologi, (14/1).
Kepada wartawan, Pegiat SDM dari HRC LAVANDA yang tanpa sungkan dan jenuh terjun keberbagai daerah kabupaten dan kota di Sumatera Utara seperti; Tapanuli Utara, Dairi, Asahan, Padangsdempuan, Simalungun, Siantar, Labuhanbatu, memaparkan. Senjangnya SDM masyarakat di kota besar dibandingkan masyarakat di Pedesaan, harus dapat diperkecil guna kemakmuran masyarakat. Sebab selama ini, kondisi kurangnya motivasi dan rasa percaya diri itulah, yang melahirkan berbagai masalah bagi pengembangan SDM warga kabupaten dan kota, dibanding masyarakat kota besar, seperti Kota Medan.
“Dari berbagai catatan selama kami turun kedaerah-daerah di Sumatera Utara, melakukan test psikologi, test kemampuan minat dan bakat, test kemampuan terhadap karyawan perusahaan juga kalangan birokrasi daerah seperti para PNS. Sebenarnya mereka yang berada didaerah juga memiliki kemampuan dan ketrampilan yang cukup lumayan. Bahkan ada juga diantara mereka yang diatas rata-rata, namun faktor penghalang seperti kurangnya motivasi, sarana dan teknologi, serta kemudahan dan kemurahan mengakses informasi global. Membuat mayoritas mereka didaerah tidak berkembang, dan tak seberuntung mereka yang ada di kota-kota besar,ujar Aryantha.
“Kita lihat contoh pada skema kecil, yakni: bidang sarana dan prasarana bimbingan studi. Medan memang menjamur, tapi bagaimana didaerah. Belum lagi pada bidang Sumber Daya Manusia seperti konsultan SDM, yang menjadi mitra dunia usaha dan bisnis serta dunia kerja di daerah. Kondisi kurangnya sarana dan prasaran itulah yang membuat masyarat pedesaan berlomba-lomba berimigrasi ke kota besar, semisal Kota Medan untuk mewujudkan cita-citanya ,”,papar Aryantha.
Drs. Aryantha, Psikologi berharap; kontradiksi yang jadi tradisi menahun itu dipahami pemerintah daerah. Hingga pemerintah daerah mampu membekali masyarakatnya, misalkan mempermudah sarana dan prasarana dan berbagai struktur dan infrastruktur mengakses informasi serta teknologi global. Guna memotivasi warga agar tak gamang dan ciut menghadapi MEA, apalagi ketika berhadapan dengan para pebisnis dan pencari kerja asing.
“Kurangnya rasa percaya diri yang menumbuhkan minder bagi bagi warga pedesaan ini, membuat mereka mencari jalan pintas menjadikan budaya dan kondisi perkotaan sebagai standar. Walaupun anggapan ini pastilah keliru, karena malah melahirkan batu sandungan dalam meraih sukses”, papar Direktur HRC LAVANDA, saat diwawancarai dikantor Komplek Dahlia indah No. 28 Helvetia Medan.
Dilanjutkan Aryantha, banyak warga pedesaan mencoba meraih ilmu pada berbagai lembaga pendidikan kota besar seperti Kota Medan. Namun pada akhirnya niat dan usaha mereka terkendala, dan harapan besar orangtua agar anaknya sukses akhirnya kandas. Hanya karena sang anak, ternyata lebih banyak menyerap budaya dan pola hidup perkotaan. Daripada memotivasi dirinya untuk tekun dan serius menuntut ilmu, agar memiliki bekal yang cukup globalisasi seperti pasar global Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
“Kondisi yang sama juga kita temukan terhadap mereka yang telah menjadi PNS, ataupun mereka yang berusaha mandiri dalam bidang swasta. Buktinya sangat jarang kita temukan adanya potensi daerah yang mampu mereka angkat kepermukaan, walaupun daerah mereka memiliki tambang emas, misalnya”, ujar Aryantha.
Karenanya Drs. Aryantha, Psikologi berharap, agar pemerintah kabupaten dankota serius menanggapi situasi yang terjadi. Dengan melakukan berbagai program dan berbagai kegiatan dibidang Sumber Daya Manusia, termasuk lewat pemberian pelatihan serta berbagai kegiatan yang berhubungan dengan Sumber Daya Manusia di kabupaten dan kotanya masing-masing. Sambil membangun berbagai akses, sarana dan prasarana, agar warganya dapat mengakses teknologi informasi dengan mudah dan ramah.
“Konsultan SDM didaerah sangat kurang, bahkan bisa dihitung dengan jari. Walaupun untuk instansi-instansi pemerintahan biasanya memiliki konsultan SDM sendiri, seperti di SKPD perencanaan dan pengembangan daerah. Tapi rata-rata, mereka juga sudah disibukkan padatnya pekerjaan sebagai PNS perencanaan. Jadi sulit membagi ilmunya kepada masyarakat dan generasi muda”, tukas Drs. Aryantha, Psikologi.
Diakui Aryantha, selama beberapa tahun perjalanannya pada bidang Sumber Daya Manusia, hal utama yang mayoritas ditemuinya, adalah kurangnya motivasi dan percaya diri tadi.
“MEA jangan dijadikan sebagai bentuk penjajahan ekonomi gaya baru, tapi jadikan peluang. Apalagi untuk masyarakat yang berada di dekat perbatasan negeri jiran seperti Malaysia, SIngapura, Brunai, dan Thailand, bakal menjadi pangsa pasar baru. Tentunya harus dihadapi dengan kemampuan dan daya saing dengan pasar diluar negeri tersebut”, tutup Drs. Aryantha Psikologi. (alfisya)
Posting Komentar