anakbangsapost

Walikota Medan Harus Memperbaiki Buruknya Dunia Pendidikan

Medan, (ABP)
Setelah Anton Panggabean dari DPRD Medan, praktisi pendidikan Mutsuhito Solin, serta pengacara H. Hasanuddin Sitorus mengkritik buruknya penerimaan siswa didik baru Kota Medan tahun 2015-2016. Giliran Kepala Perwakilan Ombudsman RI-Sumatera Utara, Abdyadi Siregar yang melancarkan suara keras lewat seluler, Minggu(2/8).
Abiadi Siregar
Penerimaan siswa baru 2015 yang buruk, memposisikan para siswa berprestasi tapi dari kalangan keluarga miskin dan prasejahtera, terancam tidak dapat melanjutkan pendidikan karena tidak mampu memenuhi berbagai pungutan.
Kerisauan masyarakat itu papar Abdyadi Siregar, harusnya disahuti Walikota Medan. Dengan mengambil tindakan tegas terhadap para birokrat yang tidak mampu menjalankan tugasnya. Menjadikan dunia pendidikan Medan menjadi lebih baik, bersih dari bermacam pungutan dengan berbagai dalih. Hingga dunia pendidikan dapat dijadikan bekal, bagi para generasi muda anak bangsa menata dan membangun masa depan mereka.
"Pungutan dalam PPDB kali ini, hanyalah satu dari berbagai pungutan yang ada di dunia pendidikan kita. Kalau sudah begini, harusnya ada tindakaan keras dari Walikota Medan, dengan mengambil tindakan tegas terhadap para birokrat yang ada", lugas Abyadi. Sebab lanjutnya, banyaknya pungutan menunjukkan tidak adanya niat para birokrat pengelola pendidikan menuntaskan keresahan yang bertahun-tahun menghantui masyarakat.
"Mereka lebih mengedepankan kepentingan pribadinya, daripada menciptakan dunia pendidikan yang lebih baik sebagai sarana mencerdaskan anak bangsa. Karenannya untuk apa Walikota mempertahankan kondisi yang seperti ini", tanya Abyadi lagi.
"Walikota Medan harus memprioritaskan masalah tahunan ini, dan menyiapkan birokrasi yang lebih peduli dan mampu mengelola dunia pendidikan. Walikota harus bertindak menuntaskan berbagai permasalahan yang tidak mampu dituntaskan Dinas pendidikan ini," keras Abyadi berapi-api.
Buruknya dunia pendidikan di Kota Medan, termasuk PPDB 2015 memakan puluhan korban siswa berprestasi tapi dari kalangan keluarga miskin dan prasejahtera. Seperti yang dialami David Berman Sinabarita di SMAN 7 Medan, pemilik nilai rata-rata UN 90. Namun namanya tidak tertera dalam pengumuman kelulusan siswa. Kemudian siswa berprestasi lainnya, yakni Delia dan Hafiza, warga perkampungan nelayan Labuhan, yang kediamannya berdekatan dengan SMPN 39 Medan.
Delia anak yatim yang sudah lama ditinggal ayahnya, sementara ibunya hanyalah seorang janda yang tidak punya penghasilan tetap selain bekerja serabutan untuk menyambung hidup. Sedangkan Hafiza, anak seorang anak nelayan, yang penghasilannya dari melaut hanya cukup untuk makan sehari dua.
Jarak rumah Delia dan Hafiza yang cuma beberapa ratus meter dari SMPN 39 Medan, bukannya jadi pendukung keduanya mmelanjutkan pendidikan. Bahkan sepertinya tahun ini, Delia dan Hafiza hanya dapat menatap miris teman-temannya yang dengan riang gembira masuk sekolah. Sugguh miris, meskipun untuk PPDB tahun ini Dinas Pendidikan mengalokasikan Rp. 1,2 Milyar dari APBD guna persiapan proses penerimaan siswa baru.
Buruknya PPDB juga terjadi di SMAN 4 Medan, meskipun Kadisdik Medan mmengeluarkan Juknis bagi PPDB dengan sistem penilaian 60% hasil UN, 30% nilai test, dan 10% bagi nilai domisili dan bina lingkungan. Namun kembali siswa berprestasi, urung masuk sekolah karena nama mereka tidak masuk daftar kelulusan siswa. Begitupun keanehan kembali terjadi, sebab masih juga terjadi penambahan siswa, seperti NS di kelas X IPS, walau namanya tidak ada di daftar pengumuman kelulusan. Disebut keberuntungan NS, karena yang bersangkutan adalah keponakan Kepala Sekolah, Ramli. Keganjilan serupa juga terjadi di SMAN 8 yang dipimpin Sudirman, dan di SMPN 39 yang dipimpin Halpan Siregar.
Begitupun tidak ada satupun dari para kepala sekolah ini yang mau dikonfirmasi, menjawab panggilan telepon maupun menjawab SMS wartawan. Halpan Siregar dari SMPN 39 mengabaikan begitu saja pertanyaan wartawan. Demikian juga Ramli Kepsek SMAN 4, memilih mengurung diri dan menghindari wartawan di kediamannya yang terkurung pagar kawat tinggi. Sementara Sudirman Kepsek SMAN 8, mengamankan diri dalam bangunan 2 unit ruko yang hampir selesai dikawasan Tembung. Sikap mereka, sepertinya mengikuti sifat atasan mereka Marasutan Siregar yang tidak memberikan keterangan apapun meskipun berkali-kali dihubungi diselulernya diselulernya yakni 085277647764, 081265141022, 08116652020. (alfisya/rel)

Related

Medan 246789385559003155

Posting Komentar

Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic

Edisi Cetak

Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic
item